Menyingkat Dasa Darma Pramuka
Hari ini 14 tahun yang lalu, tepat pada 14 Agustus 2012, Dasa
Darma pernah nekad disingkat menjadi setengahnya saja di tengah upacara
peringatan hari pramuka. Pelakunya
adalah Anas, teman SD saya yang selama enam tahun penuh selalu
sekelas .
Ketika SD, peringatan hari-hari besar selalu menerbitkan
rasa senang sekaligus haru. Bocah seusia kami, mudah sekali larut ke dalam
suasana. Seperti hari ini, ketika hari pramuka datang, pikiran dan suasana hati
kami melulu tertuju terhadap apa saja tentang pramuka.
Pagi itu, kami pergi ke sekolah dengan pakaian yang tidak
seperti biasanya, seragam pramuka lengkap dengan hasduk dan topi kabaret. Kami
merasa menjadi seorang pramuka sejati, menjadi anak Indonesia yang pantas
diandalkan, yang di pundak kamilah harapan negara ini kami pikul. Kami berangkat dengan hati yang mantap.
Di sekolahan, wajah-wajah girang gagal kami sembunyikan. Selain karena hari
itu pelajaran ditiadakan, setelah upacara pramuka nanti, akan diselenggarakan
bermacam-macam lomba dalam rangka agustusan. Ketika masih bocah, rasa-rasanya
syarat bahagia itu remeh sekali. Pada kasus ini, bahkan bahagia tidak harus
piknik. Cukup lomba.
Masing-masing kami yang mendapat jatah sebagai petugas
upacara, berkumpul lebih awal. Anas sebagai pengucap Dasa Darma Pramuka, cukup
merasa tertantang dengan tugas ini. Sepuluh butir Dasa Darma Pramuka harus
diucapkan dengan lantang tanpa membaca teks, dihafalkan! Sementara Alfi
mendapat jatah tugas lebih berat. Materi yang ia hapalkan lebih banyak dari
yang ditanggung Anas. Tugas Alfi adalah mengucapkan pembukaan UUD 45 full.
Sementara saya sendiri, bertugas kalau tidak sebagai pemimpin upacara, ya
sebagai pembaca doa. Saya lupa persisnya karena kedua tugas itu paling sering
menjadi bagian saya saat upacara apa saja hingga saya tamat MTs.
Sesaat sebelum upacara dimulai, saya melihat air muka Anas
tiba-tiba berubah. Sesuatu yang ganjil seperti sedang diisyaratkannya. Saya
menangkap gurat-gurat kebingungan di wajahnya. Saya menduga Anas tidak paham
dengan teknik menghapal Dasa Darma Pramuka yang diajarkan Pak Guru, yakni
dengan menghapal suku kata depannya saja: ta-ci-pa-pa-re-ra-he-di-be-su. Namun saya toh tidak akan mampu berbuat
banyak kepadanya, sehingga saya memilih fokus terhadap tugsa saya sendiri.
Ketika upacara berlangsung, masing-masing petugas
menjalankan tugasnya dengan tangkas. Bahkan Alfi, yang kali itu masih kecil
sekali dia, mampu mengucapkan dengan sangat lancar paragfraf demi paragraf
pembukaan UUD 1945. Dengan gayanya yang kenes dan menggemaskan.
Sementara Anas, seperti yang sudah saya perkirakan. Tugasnya
berantakan. Ketika tiba gilirannya melafalkan Dasa Darma Pramuka, ia maju
dengan tatapan mata yang kosong, lalu berjalan dengan jenis langkah yang
menunjukkan kepasrahan total
Namun tidak terlalu buruk. Darma ke satu hingga empat, ia
masih mampu mengucapkan dengan cukup jelas. Darma ke lima Anas mengucapkan
dengan nafas yang mulai memburu. Selesai melafalkan Darma ke lima, lidahnya
kelu, bibirnya hanya sanggup mengucap kata enam.. enam.. enam.. lalu matanya
memandang ke segala arah dan mencoba mengucapkan lagi. Namun yang keluar tetap
saja hanya kata enam.. enam. . enam..
Saya prihatin terhadapnya dan ikut panik.
Anas berlipat-lipat lebih panik. Sementara anak-anak yang lain malah gembira
sekali melihat Anas kepayahan mengucap Dasa Darma. Mereka tertawa dan malah ada
yang bersorak. Tragedi memalukan yang ditaggung anas di tengah lapangan
upacara, rupanya dianggap humor yang layak diketawai bagi peserta upacara yang
lain.
Beruntung kala itu pak puru segera mengisyaratkan Anas untuk
mundur dengan elegan. Lalu Anas sok tersenyum, sok tertawa kecil. Padahal saya
tahu betul betapa sudah sangat lemes dengkulnya. Saya berani bertaruh jika saja
pak guru membiarkan Anas disitu lebih lama setengah menit saja, saya yakin tangisnya
bakal pecah. Semua teman sekelas waktu SD tau kalau Anas dan nangis itu seperti
dua sisi mata uang.
Selepas upacara, seperti lumrahnya pergaulan anak kecil,
teman-teman yang lain menjadikan peristiwa di lapangan tadi sebagai bahan
ejekan setiap ketemu dengan Anas. Saya tidak tahu apakah Anas malu atau justru
bangga. Karena bagaimanapun Anas telah menyelamatkan kita semua dari peristiwa
upacara yang kaku dan angker. Menjadi peristiwa yang bisa membuat kami
tertawa dengan lepas.
Kini, 14 tahun stelah peristiwa itu, Anas telah mejelma menjadi
papah muda yang gagah. Ia yang paling sering nangis waktu SD dulu, justru yang
paling jantan di antara kami sekarang. Terbukti ketika rata-rata kami masih
menjalani nasibnya sebagai bujang yang tak tentu arah, Anas dengan penuh
keberanian memilih untuk menikah dan
membangun rumah tangganya dengan penuh taggung jawab.
Saat Anas rabi |
Anas, pelaku tragedi penyingkatan Dasa Darma Pramuka |
cemet konyol
BalasHapusThis rate, since its name suggests, is variable and depends primarily around the Bank of Canada's policy rate. mortgage payment calculator canada For a whole new mortgage, the amortization period is normally 25 years. canadian mortgage calculator
BalasHapus